Kamis, 07 Januari 2010

PostHeaderIcon Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hemodialisa

Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hemodialisa
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Mempertahankan volume, komposisi dan distrpasiensi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan, dari seluruh mahluk hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, 1979). Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah, serta ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam (Pearce, 1995). Apabila ginjal gagal menjalankan fungsinya maka penderita memerlukan pengobatan dengan segera.
Keadaan dimana ginjal lambat laun mulai tidak dapat melakukan fungsinya dengan baik disebut juga dengan gagal ginjal kronis. Gagal ginjal kronis makin banyak menarik perhatian dan makin banyak dipelajari karena walaupun sudah mencapai tahap gagal ginjal terminal akan tetapi penderita masih dapat hidup panjang dengan kualitas hidup yang cukup baik (Sidabutar, 1992).
Rahardjo (1996) mengatakan bahwa jumlah penderita gagal ginjal kronis yang menjadi gagal ginjal terminal terus meningkat dan diperkirakan pertumbuhannya sekitar 10% setiap tahun. Laporan Sidabutar menunjukkan bahwa di Indonesia jumlah dialisa meningkat secara pasti setiap tahunnya, dari sebanyak 389 kali pada tahun 1980 menjadi 4.487 pada tahun 1986 (Sidabutar dalam Lubis, 1991). Di Bandung angka ini meningkat dari 115 kali pada tahun 1984 menjadi 7.223 pada tahun 1989 (Roesli dalam Lubis, 1991). Di Medan angka meningkat dari 100 kali pada tahun 1982 menjadi 1100 pada tahun 1990 (Nasution dalam Lubis, 1991).
Yang disebut dengan gagal ginjal terminal adalah keadaan dimana ginjal sudah tidak dapat menjalankan fungsinya lagi. Ginjal tersebut tidak dapat diperbaiki sehingga pengobatan yang paling mungkin dilakukan adalah dengan melakukan cuci darah (yang lebih sering disebut dengan dialisa) setiap jangka waktu tertentu atau tranplantasi (Pearce, 1995). Penderita yang didiagnosa mengalami gagal ginjal terminal akan tetapi tidak menjalani transplantasi maka seumur hidupnya ia akan tergantung pada alat dialisa untuk menggantikan fungsi ginjalnya.
Dialisa adalah suatu tindakan terapi pada perawatan penderita gagal ginjal terminal. Tindakan ini sering juga disebut sebagai terapi pengganti karena berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal (Rahardjo, 1992; Kartono, Darmarini & Roza, 1992). Terapi pengganti yang sering dilakukan adalah hemodialisa dan peritoneal dialisa (Kartono, Darmarini & Roza, 1992). Diantara kedua jenis tersebut, yang menjadi pilihan utama dan merupakan metode perawatan yang umum untuk penderita gagal ginjal adalah hemodialisa (Peterson, 1995; Kartono, Darmarini & Roza, 1992).
Menurut Ketua Yayasan Peduli Ginjal (dalam http://www.indokini.com/kesehatan/ kes1128.shtml), Dr. Rully MA Roesli, sistem dialisa bagi penderita gagal ginjal terminal merupakan satu-satunya cara untuk dapat bertahan hidup. Pengobatan lain seperti pencangkokan transpalasi ginjal masih terbatas karena banyak kendala banyak yang harus dihadapi, diantaranya ketersediaan donor ginjal, teknik operasi dan juga perawatan pada waktu pascaoperasi.
Sebagian pasien hemodialisa dirawat di rumah sakit atau unit dialisa dimana mereka menjadi pasien rawat jalan (Michael, 1986). Sebagian besar pasien membutuhkan 12 – 15 jam hemodialisa setiap minggunya yang terbagi dalam dua atau tiga sesi dimana setiap sesi berlangsung antara 3 – 6 jam (Tierney, McPhee, Papdakis & Schroeder, 1993). Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus selama hidupnya.
Keadaan ketergantungan pada mesin dialisa seumur hidupnya mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terninal yang melakukan terapi hemodialisa. Moos dan Schaefer serta Sarason dan Sarason (dalam Sarafino, 1998) mengatakan bahwa perubahan dalam kehidupan merupakan salah satu pemicu terjadinya stres. Sarafino dan Taylor (dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa keadaan stres dapat menghasilkan perubahan, baik secara fisiologis maupun psikologis, yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Hal ini jelas menunjukkan adanya keadaan stres akan memperburuk kondisi kesehatan penderita dan menurunkan kualitas hidupnya.
Kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih terbilang tinggi, pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makannya dan kesehatan tubuhnya. "Meski belum dilakukan survei secara nasional, tetapi berdasarkan perbandingan data dengan negara lain kasus gagal ginjal di Indonesia tinggi. Di negara Amerika Serikat saja perbandingannya untuk klasifikasi orang dewasa dari sebanyak sepuluh orang satu diantaranya terkena gagal ginjal," kata Konsultan Ginjal dan Hipertensi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, (Unair) Surabaya dan RSU Dr Sutomo, Dr Djoko Santoso Sp PD-KGH, PhD pada Seminar Kesehatan di Kota Sukabumi. Menurut dia, kondisi di Indonesia akan lebih banyak, apalagi banyak orang Indonesia yang tidak bisa menjaga pola makan dan menjaga kesehatannya.
Ia mengatakan, tingginya kasus gagal ginjal berpotensi pada tingginya kasus kematian, pasalnya dalam satu tahun cuci darah saja hanya terdapat 70 pasien yang masih bertahan dari total seratus penderita yang berobat ke satu dokter. "Penyebab kematian biasanya karena gagal ginjalnya tidak dapat ditanggulangi dan ditambah dengan serangan jantung, stroke dan sesak napas," jelas Djoko. Djoko menyebutkan, penanganan terhadap pasien gagal ginjal saat ini terkendala dengan tingginya biaya pengobatan, karena biaya pengobtan bagi penderita gagal ginjal mencapai Rp3 juta/bulan. Ini menjadi dilema tersendiri bagi petugas kesehatan dan pemerintah dan keluarga pasien untuk membantu biaya pengobatan," ujarnya. Selain itu, masih sedikitnya ahli penyakit gagal ginjal menjadi tantangan dalam menangani pasien gagal ginjal di Indonesia, karena saat ini dokter spesialis ahli gagal ginjal baru mencapai di bawah 80 orang.(Republika Newsroom, 2008)
Sebelum penulis menyusun proposal, penulis terlebih dahulu melakukan studi pra pendahuluan langsung ke lapangan. Penulis menemukan tidak sedikit fenomena-fenomena yang sangan kuat dan menarik untuk dijadikan suatu masalah. Penulis menemukan tidak sedikit pasien gagal ginjal patuh terhadap pelaksanaan hemodialisa. Dari 30 pasien gagal ginjal baik akut maupun kronis sekitar 35% dari seluruh pasien pernah tidak melaksanakan hemodialisa sesuai jadwal. Banyak yang menjadi penyebab terjadinya ketidakpatuhan dalam melaksanakan hemodialisa, seperti jarak rumah pasien dengan tempat pelayanan hemodialisa, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan, sikap terhadap hemodilaisa, dukungan keluarga nilai keyakinan dan derajat penyakit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam melaksanakan hemodialisa menjadi bahan pertimbangan dan acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Alasan peneliti melaksanakan penelitian di ruang hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH karena satu-satunya pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi yang menyediakan pelayanan hemodialisa adalah RSUD R. Syamsudin SH, dan ditemukan pula fenomena yang menarik yaitu angka yang cukup tinggi untuk ketidak patuhan pasien gagal ginjal melaksanakan hemnodialisa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka peneliti tertarik meneliti hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal dengan kepatuhan pelaksanaan terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH. Kota Sukabumi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan : Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH. Kota Sukabumi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal kronik dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi.

1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa.
2. Mengetahui gambaran kepatuhan pasien gagal ginjal terhadap pelaksanaan hemodialisa.
3. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal dengan kepatuhan pelaksanaan therapi hemodialisa.

1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti dan Profesi
Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja perawat melalui intervensi keperawatan yang ditujukan kepada pasien yang beresiko tidak patuh terhadap pelaksanaan therapi hemodialisa. Hasil penelitian ini akan menambah wawasan perawat tentang hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal dengan kepatuhan pelaksanaan therapi hemodialisa.
2. Bagi Pasien
Hasil penelitian ini dimaksudkan kepada pasien agar mendapatkan tindakan yang tepat dari perawat sehingga dalam pelaksanaannya sesuai dengan target ketercapaian status kesehatan yang maksimal.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dimaksudkan untuk menambah literature perpustakaan di STIKESMI dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Konsep Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengertian pengetahuan menurut Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui phemodialisaa indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penawaran rasa, dan pereba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over bihoviur).
Pengetahuan itu sendiri banyak di pengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat di peroleh dari pendidikan formal dan non formal, Jadi pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan seseorang maka orang tersebut semangkin luas pengetahuannya. Tetapi perlu ditekankan bukan seseorang pendidikannya rendah, mutlak pengetahuannya rendah pula. Karena pendidikan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi pendidikan non formal juga di peroleh.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung 2 aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek yang deketahui, maka menumbuhkan sikap yang makin positif terhadap objek tersebut.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu:
A. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengigat materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang sepesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang di pelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan manyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda dan gejala psien gagal ginjal.
B. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang sesuatu objek yang diketaui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau meteri harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
Contoh dapat menjelaskan mengapa kita harus melaksanakan hemodialisa.
C. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat digunakan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, prinsip, metode dan sebagainya dalam kontek atau situasi yang lain.
Contoh dapat merumuskan statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah dari kasus yang diberi.
D. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analysis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
E. Sintesis (syinthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagiannya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.


F. Evaluasi
Evaluasi ini barkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian-penelitian itu didasarkan oleh satu objek kreteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawhemodialisaara atau angket yang menayakan isi meteri yang ingin diukur dengan objek penelitian atau responden kedalam pengatahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut diatas.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Sukidjo(1996), Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
A. Umur
Umur adalah variable yang selalu diperhatikan dalam penyelidikan epidemologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini orang ini dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan ayai kematian menurut golongan umur. Dalam hal ini tentu tidak menjadi soal dikala pengumpulan keterangan umur bagi mereka yang telah mendaptkan latihan.
B. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengembangan mental, sikap dan tingkah laku dalam belajar menerima segala informasi.
Jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, informal dan nonformal yang dapat saling melengkapi dan dapat memperkaya (UU RI No. 20 Tahun 2003). Tentang sistem pendidikan pasal 13 ayat 1.
a. Pendidikan Informal
Adalah proses pendidikan yang diperoleh seseorang dalam kehidupan masyarakat.
b. Pendidikan Formal
Adalah pendidikan di sekolah secara teratur, sistematis dan mempunyai jenjang serta di bagi waktu-waktu tertentu yang berlangsungnya dari taman kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.
c. Pendidikan non formal
Adalah semua pendidikan yang diselenggarakan secara senaja terarah dan terencana.
C. Pekerjaan
Pekerjaan adalah merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas seseorang untuk memperoleh penghasilan demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau instasi, kantor, perusahaan dengan menerima upah atau gaji baik berupa uang maupun barang.
D. Sumber informasi
a. Pengertian
Informasi adalah merupakan data yang telah di proses kedalam suatau bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mepunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau mendatang.
Rudy Bretz dalam bukunya “Toxonomy of Comunication Media” menyatakan secara gamblang saja bahwa jika kita lihat atau mencium asap, kita mendapat informasi bahwa sesuatu sedang terbakar, kalau kita meraba suatu benda, lalu mengangkatnya kita memperoleh informsi mengenai benda itu maulai dari bentuknya sampai kepada beratnya. Pengetian informasi menjadi terbatas. Bahwa informasi dalam system informasi tersebut disampaikan kepada orang lain. Karna informasi seperti itu dinamakan “Informsi manusia” (Human Information) untuk membedakan informasi sebagai persepsi dari lingkungan alamiah. Informasi tersebut sering disebut “pesan” (massage). Istilah pesan atau massage itu mengandung arti informasi yang datang dari pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Proses penerimaan pesan dan pengiriman pesan itu dinamakan “komunikasi”.
2. Jenis informasi berdasarkan demensi waktu
1. Informasi masa lalu
Informasi jenis ini adalah mengenai pristiwa masa lampau yang mesti amat jarang digunakan, namun dalam penyimpanannya pada data straig perlu disusun secara rapi dan teratur. Pengaturannya sedemikian rupa sehingga dapat disajikan kepada yang memerlukan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya dan dalam keadaan yang selengkap-lengkapnya. Di negara-negara maju informasi menngenai peristiwa yang masa lalu banyak disimpan dalam microfilm, sehingga tidak memerlukan tempat dan ruang yang banyak, sedangkan untuk memperolehnya bergitu mudah.
2. Informasi masa kini
Dari istilahnya sendiri adalah jelas bahwa makna dari informasi yang ditujukan kepada seseorang atau kelompok orang, baik yang terdapat dalam organisasi, informasi jenis ini dapat diklasipikasikan sebagai berikut:
 Informasi individual
Adalah informasi yang ditujukan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai pembuat kebijakan dan pengambilan keputusan atau kepada seseorang yang diharapkan dari pada tanggapan terhadap informsi yang diperoleh.
 Informasi komunitas
Informasi-informasi tentang kesehatan sangat penting agar masyarakat dapat berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan dan hal ini diperlukan komuniksi yang efektip dari petugas kesehatan dan informasi tersebut dapat diberikan melalui media komunikasi. Beberapa media informasi yang ada di masyarakat :
1. Media elektronik
Terdiri dari : TV, Radio, Vidio
2. Media papan
Papan atau billbord yang di pasang di tempat-tempat umum disampaikan kepada masyarakat, media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembar yang ditempatkan dikendaraan umum.
3. Teman
Teman atau dapat menjadi sumber informasi yang dapat menyampaikan informasi berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang didapatkannya. (Noto Atmojo, 2002)
4. Keluarga
Memberi perangsang kepada anak, perangsang ini bisa berbentuk yang dapat di dengar (audiotif) seperti menggunakan kata-kata untuk menjelaskan pada anak-anak apa yang telah dia alami selama hidupnya.
(Prof. Drs. V.M. Napitupulu, M. Ed 2008)
5. Lingkungan
Adalah suatu kondisi atau tempat tinggal, di kota besar mungkin lebih banyak di pusatkan pada keluarga dan sanak saudara dibandingkan di desa yang lebih mengenal keramah tamahan dan kekuatan antar tetangga.
4. Dasar-dasar pengatahuan
1. Tradisi
2. Otoriter
3. Meminjam dari disiplin orang lain
4. Pengalaman trial dan error
5. Alasan yang logis
6. Metode ilmiah
5. Tujuan Pengetahuan
Adapun tujuan dari pengetahuan adalah untuk mendapatkan kepastian serta menghilangkan prasangka sebagai akibat ketidak pastian tersebut.
6. Unsur-unsur Pengetahuan
A. Pengetahuan
B. Tersusun secara sistematis
C. Menggunakan pemikiran
D. Dapat di kontrol secara krotis oleh orang lain atau umum(objek) Pembagian pengetahuan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang antara lain:
a. Dari segi Objek
1. Ilmu Matematika
2. Ilmu Perngetahuan
3. Ilmu Prilaku
4. Ilmu Pengetahuan Kerohanian

b. Dari sifatnya
1. Pengetahuan Eksa
2. Pengetahuan non Eksa
c. Dari Sudut Penerapan
1. Penegtahuan Murni
Membentuk dan mengembangkan pengetahuan secara abstrak yakni untuk mempertinggi mutunya
2. Pengetahuan Terapan
Untuk membantu masyarakat didalam mengatasi masalah yang di hadapi.

2.1.2 Konsep Gagal Ginjal
1. Definisi
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit dan asambasa. Gagal ginjal merupakan penyakit yang sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai traktus urinarius dan ginjal. Setiap tahun 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal menetap.
Gagal ginjal terbagi menjadi 2 klasifikasi berdasarkan derajat penyakit, yaitu:
a. Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hamper lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau difungsi tubular dan glomerular.
b. Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)

2. Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah :
a. Prarenal (hipoperfusi ginjal)
b. Intrarenal (kerusakan actual jaringan renal)
c. Pascarenal (obstruksi aliran urin)
Sedangkan gagal ginjal kronis dapat disebabkan oleh komplikasi dari penyakit sistemik seperti diabetus mellitus, glumerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler, lesi herediter dan agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri).
3. Patofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh (BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik (osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
4. Manifestasi Klinis
a. Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Pitting edema
3) Edema periorbital
4) Pembesaran vena leher
5) Friction rub perikardial
b. Pulmoner
1) KrekelS
2) Nafas dangkal
3) Kusmaul
4) Sputum kental dan liat
c. Gastrointestinal
1) Anoreksia, mual dan muntah
2) Perdarahan saluran GI
3) Ulserasi dan perdarahan pada mulut
4) Konstipasi / diare
5) Nafas berbau amonia
d. Muskuloskeletal
1) Kram otot
2) Kehilangan kekuatan otot
3) Fraktur tulang
4) Foot drop
e. Integumen
1) Warna kulit abu-abu mengkilat
2) Kulit kering, bersisik
3) Pruritus
4) Ekimosis
5) Kuku tipis dan rapuh
6) Rambut tipis dan kasar
f. Reproduksi
1) Amenore
2) Atrofi testis
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urin
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium;
- Meningkat
- Kalsium ; menurun
- Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)
6. Penatalaksanaan Medis
a. Dialisis
b. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
c. Diit rendah uremi
7. Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
c. Hipertensi
d. Anemia
e. Penyakit tulang

2.1.3 Konsep Hemodialisa
1. Pengertian Hemodialisa
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisa yang berarti pemisahan atau filtrasi. Hemodialisa adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dialysis waktu singkat (DR. Nursalam M. Nurs, 2006).
Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan ultra filtrasi (Setyawan, 2001).
2. Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, kegiatan hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat
2. Membuang kelebihan air.
3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.
3. Proses Hemodialisa
Dalam kegiatan hemodialisa terjadi 3 proses utama seperti berikut :
1. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut karena perbedaan kadar di dalam darah dan di dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar dalam darah maka semakin banyak bahan yang dipindahkan ke dalam dialisat.
2. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat.
3. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas darah dan dialisat ( Lumenta, 1996 ).
4. Alasan Dilakukannya Dialisa
Dialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan :
1. Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
2. Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
3. Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
4. terhadap pengobatan lainnya.
5. Gagal jantung
6. Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).
5. Frekuensi Dialisa.
Frekuensis, tergantung kepada banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, tetapi sebagian besar penderita menjalani dialisa sebanyak 3 kali/minggu. Program dialisa dikatakan berhasil jika :
1. Penderita kembali menjalani hidup normal.
2. Penderita kembali menjalani diet yang normal.
3. Jumlah sel darah merah dapat ditoleransi.
4. Tekanan darah normal.
5. Tidak terdapat kerusakan saraf yang progresif ( Medicastore.com, 2006 )
Dialisa bisa digunakan sebagai pengobatan jangka panjang untuk gagal ginjal kronis atau sebagai pengobatan sementara sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Pada gagal ginjal akut, dialisa dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
6. Komplikasi Pada Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah :
1. Hipotensi
2. Kram otot
3. Mual atau muntah
4. Sakit kepala
5. Sakit dada
6. Gatal-gatal
7. Demam dan menggigil
8. Kejang ( Lumenta, 1996 )
7. Dialisis Peritoneal
Pada peritoneal dialisa, yang bertindak sebagai penyaring adalah peritoneum ( selaput yang melapisi perut dan membungkus organ perut ). Selaput ini memiliki area permukaan yang luas dan kaya akanpembuluh darah. Zat-zat dari darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolik dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan , dpasienang dan diganti dengan cairan yang baru. (Medicastore.com,2006)
Ada empat macam dialiasis peritoneal yang kini banyak digunakan, satu untuk dialisis akut dan tiga lainnya untuk dialisis kronik :
1. Manual intermittent peritoneal dialysis
2. Continuous cycler-assisted peritoneal dialysis (CCPD)
3. Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD)
4. Automated intermittent oeritoneal dialysis (IPD), (Lorraine M. Wilson, 1996)
Metode Hemodilisis Lainnya :
1. High-Flux Dialysis
2. Continuous Arteriovenous Hemofiltration (CAVH)
3. Continuous Arteriovenous Hemodialysis (CAVHD),(Brunner dan Suddarth, 2002)
4. Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)
5. Slow Continuous Ultra Filtrasi (SCUF)
6. Continuous Veno Venous Hemodialysis (CVVHD)
7. Continuous Veno Venous Hemofiltration (CVVH)
8. Continuous Hemodiafitration (CVVHDF), (Pernefri, 2002)
8. Peralatan Haemodialisa
a. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)
Arterial – Venouse Blood Line terdiri dari :
a) Arterial Blood Line (ABL)
Adalah tubing tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai dengan warna merah.
b) Venouse Blood Line
Adalah tubing/line plastic yang menghubungkan darah dari dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing,segmen pump,tubing arterial/venouse pressure,tubing udara,bubble trap,tubing infuse/transfuse set, port biru obat ,port darah/merah herah heparin,tubing heparin dan ujung tumpul.
b. Dializer /ginjal buatan (artificial kidney)
Adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi terdiri dari 2 ruang /kompartemen,yaitu:
1. Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
2. Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
3. Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
4. Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua samping untuk keluar masuk dialisat.
c. Air water treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur, yang harus dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the Advhemodialisaement of Medical Instrument). Jumlah air yang dpasientuhkan untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 Liter.
d. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu. Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate. Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu : jenis standart, free potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
e. Mesin hemodialisis
Ada bermacam-macam mesin hemodilisis sesuai dengan merek nya. Tetapi prinsipnya sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin terdiri dari blood circuit dan dillisat circuit dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.
f. Perlengkapan hemodilaisis lainnya
Jarum punksi, adalah jarum yang dipakai pada saat melakukan punksi akses vaskuler, macamnya :
1. Single needle
Jarum yang dipakai hanya satu, tetapi mempunyai dua cabang, yang satu untuk darah masuk dan yang satu untuk darah keluar. Punksi hanya dilakukan sekali.
2. AV – Fistula
Jarum yang bentuknya seperti wing needle tetapi ukurannya besar. Jika menggunakan AV – Fistula ini, dilakukan dua kali penusukan.

2.1.4 Konsep Kepatuhan
1. Pengertian
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Sacket (dalam Niven, 2002: 192), mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
Kepatuhan adalah derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis dari dokter yang mengobatinya (Kaplan dkk, 1997). Menurut Sacket dalam Niven (2000) kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
2. Variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Beberapa variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Suddart dan Brunner (2002) adalah:
3. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan.
4. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi.
5. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping yang tidak menyenangkan.
6. Variabel psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya finhemodialisaial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bart Smet dalam psikologi kesehatan.
3. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan menjadi empat bagian menurut Niven (2002) antara lain :


1. Pemahaman tentang intruksi
Tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya.
2. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.
3. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
4. Keyakinan, sikap dan kepribadian
Becker et al (1979) dalam Niven (2002) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan.
4. Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan
Menurut Smet (1994) berbagai strategi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :
1. Dukungan profesional kesehatan
Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan, contoh yang paling sederhana dalam hal dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi. Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik diberikan oleh profesional kesehatan baik Dokter/ perawat dapat menanamkan ketaatan bagi pasien.
2. Dukungan sosial
Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.
3. Perilaku sehat
Modifikasi perilaku sehat sangat diperlukan. Untuk pasien dengan hipertensi diantaranya adalah tentang bagaimana cara untuk menghindari dari komplikasi lebih lanjut apabila sudah menderita hipertensi. Modifikasi gaya hidup dan kontrol secara teratur atau minum obat anti hipertensi sangat perlu bagi pasien hipertensi.
4. Pemberian informasi
Pemberian informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya.

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep yang satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diketahui.

Variabel Bebas Variabel Terikat
Tingkat Pengetahuan
Kepatuhan pelaksanaan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.3 HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu asumsi pernyataan tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam riset. (LaBiondo-Wood dan Haber, 1994)
Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari 2, yaitu:
1. Hipotesis nol
Hipotesis nol adalah suatu pernyataan mengenai parameter populasi. Hipotesis nol dilambangkan dengan “Ho” dibaca “H nol”. Huruf besar H berarti hipotesis dan subscript “nol” berarti tidak ada perbedaan. Secara umum hipotesis dirumuskan untuk keperluan pengujian.
Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa terhadap kepatuhan pelaksanaan hemodialisa.
2. Hipotesis alternatif
Hipotesis alternatif adalah suatu pernyataan yang diterima jika data sampel memberikan bukti bahwa hipotesis nol adalah salah. Dilambangkan dengan “H1” dan dibaca “H satu”.
H1 : Ada hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa terhadap kepatuhan pelaksanaan hemodialisa.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian observasional atau survey karena penelitian ini dilakukan tanpa memberikan perlakuan atau manipulasi pada variabel, tetapi hanya sebatas mengamati (Sastroasmoro,2002).
Analitik korelasional karena penelitian ini mencari hubungan antara dua variabel yang kemudian akan dicari koefisien korelasinya (Arikunto,2002).
Pendekatan waktu yang digunakan adalah pendekatan cross sectional artinya tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter yaitu pengambilan data yang menyangkut variabel independen dan variable dependen dilakukan secara bersamaan (Arikunto, 2002)

3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Ruang Hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi.
2. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini selama 6 bulan mulai dari bulan November 2009 sampai bulan April 2010.

3.3 VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah suatu ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain (Notoatmodjo, 2005 ). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 yaitu:
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). (Srikandi, 1997 ; 12)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen adalah merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. (Notoatmojo, 1993)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepatuhan pelaksanaan hemodialisa.

3.4 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL
Definisi operasional adalah suatu batasan yang digunakan untuk membatasi ruang lingkup variabel-variabel yang diamati (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan judul penelitian, maka variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa, sedangkan variabel terikatnya adalah kepatuhan pelaksanaan hemodialisa. Maka definisi operasionalnya adalah sebagai berikut:
No. Variabel Definisi Operasinal Alat ukur Hasil ukur Skala
1. Tingkat Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh pasien tentang hemodialisa Kuisioner 1. Baik, jika 76 % - 100 % dari pertanyaan yang dijawab dengan benar
2. Cukup, jika 56 % - 75 % dari pertanyaan yang dijawab dengan benar
3. Kurang, jika 0 % - 55 % dari pertanyaan yang dijawab dengan benar
Ordinal
2. Kepatuhan Derajat ketaatan pasien dalam melaksanakan hemodialisa Kuisioner 1. Patuh, jika pasien melaksanakan hemodialisa sesuai dengan jadwal
2. Tidak patuh, jika pasien tidak melaksanakan hemodialisa sesuai dengan jadwal
Nominal

Tabel 3.1 Definisi operasional variabel


3.5 POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING
3.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. (Notoatmojo, 1993)
Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh paien di ruang hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH.

3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005).
Adapun penentuan sampel didasarkan atas kriteria inklusi. Kriteria Inklusi merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek agar dapat diikutsertakan sebagai sumber data dalam penelitian. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien gagal ginjal yang melaksanakan hemodialisa di ruang hemodialisa.
2. Pasien bias membaca dan menulis.
3. Pasien bersedia menjadi responden.

3.5.3 Sampling
Sampling adalah istilah yang digunakan dalam melakukan penarikan sampel. Penarikan sampel merupakan cara untuk memilih sampel dari suatu populasi untuk dipelajari atau diteliti.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik aksidental. Yaitu teknik pengambilan keputusan, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan semata-mata atas dasar kesediaan dan ketersediaan untuk kemudahan penelitian (Guilford & Frutcher, 1991).
Ukuran sampel yang akan di ambil berdasarkan pada table krejcie (Sugiono, 2002). Jumlah populasi seluruh pasien ruang hemodialisa adalah 30 orang, maka jumlah sampel menurut table krejcie adalah sebanyak 28 pasien.




Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n) Populasi (N) Sampel (n)
10 10 220 140 1200 291
15 14 230 144 1300 297
20 19 240 148 1400 302
25 24 250 152 1500 306
30 28 260 155 1600 310
35 32 270 159 1700 313
40 36 280 162 1800 317
45 40 290 165 1900 320
50 44 300 169 2000 322
55 48 320 175 2200 327
60 52 340 181 2400 331
65 56 360 186 2600 335
70 59 380 191 2800 338
75 63 400 196 3000 341
80 66 420 201 3500 346
85 70 440 205 4000 351
90 73 460 210 4500 354
95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361
110 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367
130 97 650 242 9000 368
140 103 700 248 10000 370
150 108 750 254 15000 375
160 113 800 260 20000 377
170 118 850 265 30000 379
180 123 900 269 40000 380
190 127 950 274 50000 381
200 132 1000 278 75000 382
210 136 1100 285 1000000 384
Tabel 3.2 Tabel Krejcie
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2003).
Sumber data pada penelitian ini di ambil dari :
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui observasi dan wawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner.
2. Data Sekunder
Data diambil dari observasi dan hasil dokumentasi pendataan di ruang hemodialisa.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejenis pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006).
Kuesioner yang diberikan berbentuk pilihan atau pertanyaan tertutup dimana jawabannya telah disediakan (closed endeed item atau structured) karena betuk pertanyaan seperti ini lebih mudah dalam mengarahkan jawaban responden dan juga mudah diolah sehingga diharapkan lebih obyektif dalam mengetahui hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisa diruang hemodialisa RSUD R. Syamasudin SH Kota Sukabumi.

3.7 TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
3.7.1 Teknik pengolahan data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data, agar analisa penelitian menghasilkan informasi yang benar. Langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut (Setiadi, 2007) :
1. Editing
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan data, memeriksa jawaban, memperjelas serta melakukan pengecekan terhadap data yang dikumpulkan untuk mehindari pengukuran yang salah dan memperjelas data yang diperoleh.
2. Coding
Dilakukan setelah pengumpulan data berupa pemberian nilai atau kode sesuai jawaban responden untuk memudahkan pengolahan data.
3. Sorting
Memilih atau mengelompokan data menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
4. Transferring (Entry Data)
Memasukkan data atau memindahkan data-data dimana data tersebut sebelumnya sudah dicoding ke dalam table dengan cara menghitung frekuensi data.
5. Cleaning
Dari data mentah dilakukan penataan data, dan data yang sudah di entri di periksa kembali kebenarannya kemudian disusun dalam bentuk distrpasiensi.

3.7.2 Teknik Analisa Data
Teknik analis data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel yang diteliti (Arikunto, 2002), yaitu tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa terhadap kepatuhan pelaksanaan hemodialisa dengan menggunakan perhitungan persentase :

Gambar 3.1 Rumus Persentase
Keterangan:
P : Persentase
a : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar
B : Jumlah seluruh pertanyaan

2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara data variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang dilakukan dengan uji chi kuadrat yaitu uji statistik yang digunakan untuk menguji signifikasi dua variabel (Arikunto, 2006). Analisa ini bertujuan untuk melihat hubungan antara 2 variabel yaitu variable independen dan variable dependen yaitu antara hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisa.

Gambar 3.2 Rumus chi kuadrat
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat (nilai chi square)
Qi : Frekuensi observasi
Ei : Frekuensi harapan
Untuk melihat hasil kemaknaan menghitung statistic digunakan batas kemaknaan 0,05. penolakan terhadap hipotesa apabila nilai p<0,05 (ada hubungan yang bermakna). Sedangakn penerimaan terhadap hipotesa apabila nilai p>0,05 (tidak ada hubungan yang bermakna).

3.8 UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DATA
3.8.1 Uji Validitas Data
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 129). Menurut Triton PB, (2006 243) uji validitas atau kesahihan digunakan untuk mengetahui secara tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsinya. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner tersebut. Selanjutnya dihitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan skor total.
Teknik korelasi yang dipakai adalah teknik korelasi product moment dengan Pearson yang rumusnya sebagai berikut (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 129-131) :





Gambar 3.3 Rumus Koefisien Korelasi Product Moment
Keterangan :
r : Koefisien Korelasi Product Moment
X : Aitem soal
Y : Skor total
N : Jumlah anggota sampel

3.8.2 Uji Reliabilitas Data
Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 133).

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu dengan teknik belah dua. Teknik ini diperoleh dengan membagi item-item yang sudah valid secara acak menjadi dua bagian. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan, sehingga diperoleh skor total untuk masing-masing item belahan. Selanjutnya skor total belahan pertama dan belahan kedua dicari korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka korelasi yang diperoleh jika alat ukur tersebut tidak dibelah.
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengkoreksi angka korelasi yang diperoleh menggunakan rumus :

Gambar 3.4 Rumus Uji Reliabilitas
Keterangan :
rtot : angka reliabilitas keseluruhan item
rtt :angka reliabilitas belahan pertama dan kedua



3.8 ETIKA PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan ijin pada panitia etik RSUD R. Syamsudin SH. Kota Sukabumi untuk mendapatkan persetujuan. Kemudian kuisioner dikirim ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika meliputi:
1. Lembar persetujuan menjadi responden
Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan riset yang akan dilakukan. Jika subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.


















































LAMPIRAN 2
RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

1. Kesekretariatan
a. ATK
b. Foto Copy dan Cover
c. Rental Komputer
2. Transportasi
a. Peneliti
b. Pembimbing
3. Dokumentasi
a. Pengarsipan
4. Publikasi
Rp. 320.000,-
Rp. 300.000,-
Rp. 600.000,-

Rp. 800.000,-
Rp. 300.000,-

Rp. 150.000,-
Rp. 230.000,-
Jumlah Rp. 2.700.000,-

Terbilang : Dua juta tujuh ratus ribu rupiah
















LAMPIRAN 3
BUTIR INSTRUMEN PENELITIAN

A. No. Responden :…………………………………….
B. Usia :…………………………………….
C. Alamat :…………………………………….
D. Pendidikan :…………………………………….
E. Sejak kapan melakukan hemodialisa :…………………………………
F. Menurut anjuran dokter berapa kali dalam seminggu :…………………
G. Dari awal sampai sekarang, apakah anda datang sesuai jadwal anjuran dari dokter :………………………
H. Dari awal sampai sekarang, pernahkah anda tidak melaksanakan hemodialisa sesuai dengan jadwal :…………………………..

Isilah pertanyaan dengan sejujur-jujurnya!
Pertanyaan Untuk Pengertian Hemodialisa
1. Hemodialisa bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien akut yang memerlukan hemodialisa waktu singkat.
 Benar  Salah
2. Terapi hemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun.
 Benar  Salah
3. Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah, dan dialisa yang berarti pemisahan atau filtrasi.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Tujuan Hemodialisa
4. Tujuan hemodialisa adalah membuat pasien lelah dan menurunkan status kesehatan.
 Benar  Salah
5. Membuang kelebihan air merupakan tujuan dilakukannya hemodialisa.
 Benar  Salah
6. Tujuan dilakukan hemodialisa adalah untuk membuang hasil metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat dalam darah.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Proses Hemodialisa
7. Proses hemodialisa terdiri dari dufusi, ultrafiltrasi dan filtrasi.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Alasan Dilakukannya Hemodialisa
8. Hemodialisa dilakukan jika kadar kalsium dalam darah menurun (hypokalemia).
 Benar  Salah
9. Peningkatan keasaman darah (Asidosis) yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan lainnya baru dilakukan hemodialisa.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Frekuensi Dialisa
10. Untuk pasien yang mangalai tekanan darah tinggi dan program makan yang tidak teratur, hemodialisa dihentikan untuk selamanya.
 Benar  Salah
11. Untuk pasien gagal ginjal tahap akhir (kronik) hemodialisa adalah pengobatan sementara sebelum pasien menjalani pencangkokan ginjal.
 Benar  Salah
12. Pada gagal ginjal akut, tidak boleh dilakukan hemodialisa sampai ginjal benar benar pulih.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Komplikasi Pada Hemodialisa
13. Biasanya pada pasien yang sedang melaksanakan hemodialisa mengalami gatal-gatal, sakit kepala dan keram otot.
 Benar  Salah
Pertanyaan Untuk Peralatan Hemodialisa
14. Peralatan yang dipakai dalam melaksanakan hemodialisa.
 Arteri Vena Blood Line (Jalan masuk dan keluar darah dari pasien ke mesin)
 Dializer
 Air Water Treatment
 Larutan Dialisat
 Mesin Hemodialisa
 Benar  Salah
15. Alat yang menggantian ginjal adalah Dializer.
 Benar  Salah
LAMPIRAN 4
LEMBAR INFORMED CONSENT


Informed Consent
(Surat Persetujuan)


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ………………………………….
Usia : ………………………………….
Pekerjaan : ………………………………….
Alamat : ………………………………….
Menyatakan bersedia untuk menjadi sampel dalam penelitian tentang “hubungan tingkat pengetahuan pasien gagal ginjal tentang hemodialisa dengan kepatuhan pelaksanaan hemodialisa di RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi” yang dilaksanakan oleh mahasiswa keperawatan STIKESMI serta bersedia untuk bekerja sama selama penelitian berlangsung.

Sukabumi, Januari 2010
Sampel,

Ttd

(…………………………….)








LAMPIRAN 5
LEMBAR PERMOHONAN IZIN



PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
Jl. Karamat No. 42 Telp (0266) 210215 Fax. 223709 Sukabumi 43112

No. : 001/RISET/KEP/11/10
Lampiran : -
Perihal : Permohonan Izin


Kepada
Yth, ………………..
Di Tempat

Assalamu’alaikum WR. WB.
Sehubungan dengan akan diadakannya penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Tentang Hemodialisa dengan Kepatuhan Pelaksanaan Hemodialisa Di Ruang Hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi” yang akan diselenggarakan pada :
Hari/tanggal : …………………………
Waktu : …………………………
Tempat : …………………………
Dengan ini kami memohon perizinan untuk melakukan penelitian di Ruang Hemodialisa RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi demi terselenggaranya dan kesuksesan penelitian ini. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan banyak berterima kasih.
Sukabumi, Januari 2010
Mengetahui,
Pembimbing


………………………….
Woro Rahmanishati, S.Pd, M. Kes
Tim Peneliti,


…………………………….
Kelompok I
Sabtu, 19 Desember 2009

PostHeaderIcon hemodialisa

Seputar Hemodialisa

Fungsi utama dari ginjal adalah sebagai organ pembersih darah. Darah yang mengalir ke ginjal mengangkut bahan-bahan buangan/limbah hasil dari pembakaran dalam tubuh. Bahan ini dikeluarkan dari ginjal melalui proses filtrasi/penyaringan. Ginjal yang sehat akan mempunyai daya filtrasi 120 cc/menit.
Beberapa jenis penyakit dapat menurunkan fungsi ginjal, baik yang bersifat sementara maupun tetap. Penurunan fungsi ginjal hanya dapat ditolerir oleh tubuh sampai batas tertentu. Bila mana fungsi ginjal telah menurun sedemikian buruknya, maka disebut Gagal Ginjal Terminal (GGT).

Apa yang akan terjadi jika fungsi ginjal telah mengalami gangguan? Kegagalan fungsi pembersihan akan mengakibatkan menumpuknya bahan-bahan buangan di dalam tubuh. Bahan ini sebagian besar berupa sampah nitrogen yang disebut toksin uremik. Menumpuknya toksin uremik mengakibatkan gejala keracunan yang disebut uremia. Gejala uremia ditandai dengan dengan mual, muntah, nafsu makan menurun, cegukan, gatal, lemas, gerakan tanpa disadari pada tungkai dan lengan serta bau nafas yang khas. Pada kasus-kasus yang berat dapat terjadi koma/penurunan kesadaran.

Menumpuknya air dalam tubuh akibat kegagalan dalam mengeluarkan cairan dari badan akan menyebabkan bengkak (edema) di seluruh badan, sesak nafas, tekanan darah tinggi dan gangguan fungsi jantung. Kondisi ini tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obatan melainkan harus sudah menjalani cuci darah (hemodialisa) secara teratur atau menjalani tranplantasi ginjal/cangkok ginjal.

Cuci darah adalah proses pemisahan darah dari unsur-unsur yang tidak normal (racun) di dalam darah akibat terganggunya fungsi ginjal. Prinsip daripada cuci darah adalah penyeimbangan komposisi darah sehingga menjadi normal.
Hemodialisa mulai dilakukan bila kondisi yang disebabkan oleh tidak berfungsinya ginjal telah berada pada tingkat yang mengancam jiwa. Ancaman tersebut dapat berupa kelebihan air (edema) yang tidak bisa dikeluarkan tubuh oleh karena fungsi ginjal rusak. Sebagai akibatnya fungsi jantung dan paru akan menjadi terganggu. Tertimbunnya toksin/racun akan dapat mengganggu fungsi semua organ tubuh terutama otak. Sebagai akibatnya penderita mengalami mual-mual, muntah, koma dan kejang-kejang.
Beberapa parameter laboratorik yang sering digunakan sebagai patokan untuk dilakukan hemodialisa adalah kadar ureum >= 20 mg/dl atau kadar kreatinin >= 8 mg/dl atau kalium >7 meq/l yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. Pada penderita gagal ginjal akibat penyakit kencing manis sebaiknya hemodialisa dilakukan lebih dini.
Pertanyaan yang seringkali muncul adalah berapa kali dan berapa lama saya sebaiknya menjalani hemodialisa? Pada prinsipnya, ginjal adalah bekerja terus menerus selama 24 jam sehingga semakin sering hemodialisa dilakukan pada dasarnya semakin baik. Namun, teknik hemodialisa membatasi orang untuk menjalani hemodialisa sepanjang hari. Pada GGT umumnya menjalani hemodialisa sebanyak 2-3 kali seminggu.

Diet
Diet pada gagal ginjal berguna untuk mengurangi gejala uremia, mencegah kurang gizi, dan menghambat pemburukan fungsi ginjal. Konsumsi protein harus dikurangi sekitar 2/3 dari normal, yakni 0,55 – 0,69 g/kgbb/hari, oleh karena pemecahan protein akan membebani ginjal. Protein lebih diutamakan adalah yang bersumbaer dari protein hewani.
Kebutuhan cairan (minum) disesuaikan dengan banyaknya air badan yang keluar. Secara praktis, jumlah cairan yang diminum (selama 24 jam) = jumlah air kencing (selama 24 jam) + 500 cc.
Penderita yang menjalani hemodialisa, umumnya dapat makan dengan bebas. Bila hemodialisa dilakukan dengan adekuat, akan menjamin nafsu makan yang optimal dari penderita, dan bebas dari rasa mual. Bila penderita tidak bisa buang air kencing atau buang air kencing sedikit sekali, minum penderita harus dibatasi. Penderita dianjurkan untuk tidak minum lebih dari 1 liter sehari.
Bila hemodialisa dilakukan dengan tidak adekuat (frekuensi hemodialisa kurang dari yang dianjurkan), penderita hendaknya mengatur makanannya dengan mengurangi protein nabati seperti kacang-kacangan, tahu, tempe. Hendakya lebih mengutamakan protein hewani seperti daging, telur, susu. Makanan yang banyak mengandung kalium seperti pisang ambon atau air kelapa muda sedapat mungkin dihindari. Kadar Kalium yang tinggi dalam darah akan membahayakan jantung.

Keluhan menjalani hemodialisa
Seringkali penderita yang menjalani hemodialisa mengeluhkan rasa gatal. Sekitar 85% penderita mengeluh rasa gatal ringan sampai berat. Rasa gatal tersebut bisa disebabkan oleh penyakit ginjal itu sendiri, dapat pula oleh karena proses hemodialisa. Menumpuknya bahan buangan seperti nitrogen/mineral tertentu di kulit diyakini sebagai penyebab rasa gatal. Reaksi alergi terhadap benda asing selama proses hemodialisa dapat pula mengakibatkan rasa gatal.
Dengan cara berjemur di bawah sinar matahari pagi yang kaya akan sinar ultra violet dapat menurunkan keluhan rasa gatal. Untuk yang keluhan yang parah dapat dibantu dengan obat golongan anti histamin.
Cara Mengganti Template di New Blogger


new blogger template berbeda dengan template classic, proses mengganti template juga lebih mudah. Hanya saja perlu download template baru yang ada, kemudian upload lewat account blogger.

Cara Mengganti template di new blogger:

Yang sudah pakai New Blogger Template
Login ke blogger.com, setelah masuk ke dashboard, pilih blog yang ingin kamu ganti templatenya. Klik pada link Layout.
Setelah halaman Template terbuka, pilih sub menu Edit HTML
Sekarang upload fil .xml yang udah kamu download, Klik tombol Browse dan cari dimana file .xml kamu simpan, kemudian klik tombol Upload

Yang masih mamakai Classic Template, mau pakai yang new blogger template
Login ke blogger.com, setelah masuk ke dashboard, pilih blog yang ingin kamu ganti templatenya. Klik pada link Template.
Setelah halaman Template terbuka, pilih sub menu Customize Design
Klik Tombol Upgrade Your Template dan pilih salah satu template yang ada, kemudian klik tombol Save Template

Jadi code nya seperti make classic template, cukup upload dan templatemu langsung berubah. Ingat, selalu backup/ download template yang dipakai sebelum mengganti dengan template baru.


Ganti Template Blogspot Anda
TUTORIAL BLOGGER
Ganti Template Blogspot Anda
Cara Mengganti Template Blogspot
Memindahkan Blogspot ke Domain Pribadi

Tulisan ini akan memberitahukan pada Anda bagaimana caranya mengganti template blog pada blogspot standar Anda menjadi template pilihan kesukaan. Tentunya pertama kali Anda harus men-download terlebih dahulu template-template khusus untuk blogger yang tersedia banyak sekali di Internet. Beberapa alasan kenapa saya menyarankan Anda mengganti template bisa dibaca disini.



Silakan tanya Mbah Google dengan keyword: “free blogger templates“, temukan yang paling Anda sukai dan biasanya akan dijelaskan sedikit bagaimana cara men-setup-nya pada blogspot Anda. Umumnya template tersebut sudah bisa langsung digunakan namun tidak semua template bisa langsung digunakan. Apabila template tersebut tidak bisa digunakan biasanya hal ini disebabkan versi template Anda adalah versi
bahasa Indonesia maka letak dan posisinya adalah sama).

Langkah 1:

Pilih menu Layout - Edit HTML



Langkah 2:

Klik tombol Browse, cari lokasi penyimpanan file .xml Anda. Dalam contoh ini saya memakai template Grey Press Blogger (grey_press_blogger.xml)



Langkah 3:

Klik tombol Upload, pastikan tidak ada error seperti terlihat pada gambar di bawah



Langkah 4:

Klik tombol SAVE TEMPLATE



Silakan lihat perubahannya, sebelumnya:



Berubah menjadi:


Apa Saja yang Berubah Signifikan?

PostHeaderIcon Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Resiko Tinggi dengan TBC Paru

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantung satu sama lainnya, bersifat dinamis disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap-tahap yang satu ke tahap yang lain, dengan tahap-tahap sebagai berikut :

 

1.Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan, secara keseluruhan pada tahap ini semua data dan informasi klien dibutuhkan, dikumpulkan untuk pembentukkan masalah kesehatan dan keperawatan.

 

“Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil data secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya” (Tim Bagian Keperawatan Komunitas PSIK FK UNPAD, 2004 : 7)

 

a.Pengkajian Keluarga

1)Data Umum

Meliputi : Nama Puskesmas, Tanggal Pengkajian, Jarak untuk mencapai Puskesmas, Nama Kepala Keluarga, Umur, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Suku/bangsa, Alamat

 

2)Daftar Anggota Keluarga

Meliputi : nama anggota keluarga, hubungan keluarga, jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, agama, keadaan kesehatan, KB dan Immunisasi

 

3)Data Khusus Keluarga

a)Type Keluarga

Menjelaskan mengenai type keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan type keluarga tersebut, dimana keluarga dengan type extended maka akan berpengaruh terhadap cara pengambilan keputusan untuk mengatasi TBC Paru pada anggota keluarganya.

 

b)Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan berdasarkan tingkat perkembangan anak tertua dari keluarga inti yang dikaji. Dalam hal ini bisa menentukan tingkat kedewasaan orangtua dalam mengambil keputusan untuk mengatasi TBC Paru.

 

c)Tugas Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Menjelaskan secara singkat mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi, hal ini perlu dikaji karena keluarga dengan TBC paru biayanya akan menyebabkan tidak terpenuhinya beberapa tugas perkembangan dalam keluarganya.

 

4)Keadaan Biologis Keluarga

a)Keadaan Kesehatan

Dalam keluarga yang salah satu atau beberapa anggota keluarganya ada yang menderita TBC Paru biasanya didapati adanya salah satu atau beberapa anggota keluarga yang sakit, baik itu sakit parah sehingga tidak bisa melakukan aktivitas sama sekali atau hanya sering menderita demam, batuk tapi masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya, sangat tergantung kepada berat ringannya keadaan penyakitnya.

 

b)Kebersihan Keluarga

Dalam hal ini perawat perlu mengkaji kebersihan tubuh setiap anggota keluarga, kebersihan rumah dan sekitarnya, karena data ini sangat mendukung terjadinya penyakit TBC Paru pada seluruh anggota.

 

c)Penyakit yang Sering Diderita

Perlu dikaji jenis penyakit apa yang biasa diderita oleh seluruh anggota keluarga, hal ini mengindikasikan adanya pemaparan panyakit yang sudah lama dan mungkin sudah menginfeksi pada semua anggota keluarga namun tidak dirasakan oleh keluarga, misalnya sering ditemukan demam, batuk-batuk, pada beberapa anggota keluarga.

 

d)Penyakit Kronis/Menular

Penyakit TBC Paru adalah salah satu penyakit yang penularannya sangat cepat, karena menular melalui udara (droplet), oleh karena itu sangat perlu dikaji ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit TBC Paru atau penyakit lain yang dapat ditularkan atau diturunkan melalui gen, karena keadaan kesehatan yang menurun akibat menderita suatu penyakit tertentu dapat menurunkan daya immunitas seseorang sehingga mempermudah terjadinya penyakit TBC Paru.

 

e)Kecacatan Anggota Keluarga

Dalam hal ini perlu dikaji ada tidaknya anggota keluarga yang mengalami kecacatan fisik atau mentalnya.

 

f)Pola Makan

Menjelaskan mengenai kebiasaan makan keluarga meliputi frekuensi makan dalam sehari, keseimbangan gizi, cara pengolahan dan penyajian makannya, hal ini menunjukkan ada tidaknya perhatian keluarga terhadap anggota keluarga yang sedangkan menderita TBC Paru, dimana penderita tersebut memerlukan pemberian makanan dengan diit Tinggi Kalori Tingggi Protein (TKTP), biasanya didapati menu makanan yang disajikan tidak lengkap, hanya ada nasi, sayu dan tempe atau tahu saja, kadangan hanya nasi dengan kerupuk atau gorengan, sehingga tidak ada zat gizinya

 

g)Pola Istirahat

Menjelaskan mengenai kebiasaan istirahat / tidur keluarga meliputi berapa jam berapa keluarga tidur dan adakah kendala yang mempengaruhi pola istirahat keluarga, karena keluarga dengan TBC PARU paru biasanya tidurnya akan terganggu karena batuk-batuk terus atau gerah karena berkeringat malam hari tanpa sebab apapun

h)Reproduksi / Akseptor KB

Menjelaskan mengenai jumlah anak, perencanaan pengaturan anak, metode KB yang digunakan dan masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi keluarga.

 

5)Psikologis Keluarga

a)Keadaan Emosi / Mental

Kecemasan akan timbul pada klien dan keluarga karena ketakutan penyakit bertambah parah dan menyebabkan kematian.

b)Koping keluarga

Mengetahui cara keluarga menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan kesehatan maupun masalah lainnya yang bisa terjadi dalam suatu rumah tangga terutama dalam menghadapi anggota keluarga yang sedang menderita TBC Paru.

c)Kebiasaan Buruk

Keluarga yang di dalamnya ada anggota keluarga yang menderita TBC Paru pasti ada salah satu atau beberapa anggota keluarganya yang memiliki kebiasaan buruk, seperti merokok, minum minuman keras, dan kebiasaan buruk lainnya yang mempengaruhi terjadinya penyakit TBC Paru pada salah satu anggota keluarganya.

 

d)Rekreasi

Perlu ditanyakan bagaimana keluarga meluangkan waktu bersama untuk melakukan refreshing atau rekreasi baik yang sifatnya rutininitas maupun tidak rutin, baik yang bentuknya rekreasi keluar maupun rekreasi yang bisa dilakukan di dalam rumah, karena keluarga dengan TBC Paru biasanya lebih menarik diri dan merasa minder

 

e)Pola Komunikasi Keluarga

Menjelaskan mengenai cara keluarga berkomunikasi satu dengan yang lainya di dalam keluarga, terutama cara berkomunikasi anggota keluarga yang sakit TBC Paru dengan yang lainnya, yang biasanya mengalami gangguan, karena takut tertular.

 

f)Pengambil Keputusan

Menjelaskan mengenai siapa yang biasa berperan sebagi pengambil keputusan dalam keluarga terkait dengan kemampuannya dalam mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku atau dilakukan dengan cara lain, misal musyawarah keluarga. Data perlu perlu dikaji karena keluarga dengan masalah kesehatan TBC Paru sangat memerlukan kerjasama seluruh anggota keluarga dalam mengatasinya terutama para pengambil keputusan yang ada di keluarga, dimana keberhasilan program pengobatan sangat tergantung dari kerjasama dan perhatian para pengambil keputusan di rumah.

 

g)Peran Informal

Menjelaskan mengenai peran informal dari setiap anggota keluarga, misalnya penurut, motivator, inovator, diktator, dll. Hal ini perlu dikaji karena akan menentukan sejauh mana anggota keluarga berinisiatif untuk menentukan sikapnya dalam menanngani masalah TBC Paru yang dihadapinya masing-masing.